Pages

Kamis, 09 Juni 2011

bakteri pembunu e coli

Ditemukan, Alat
Pembunuh Bakteri
E. coli
» Pada uji coba, 10 juta bakteri E.
coli bisa musnah dalam waktu 10
menit di permukaan tembaga yang
kering. Pada permukaan basah,
pemusnahan total bisa tuntas
dalam waktu sekitar 45 menit.
Muhammad Firman | Senin, 6 Juni
2011, 08:04 WIB
VIVAnews - Sekelompok tim
peneliti asal Inggris menemukan
bahwa tembaga bisa berperan
penting dalam mencegah
penyebaran wabah E. coli seperti
0104:H4 yang yang saat ini sedang
melanda dan telah membunuh
setidaknya 17 orang di Jerman.
Dari penelitian yang dilakukan
ilmuwan asal Universitas
Southampton, Inggris, diketahui
bahwa ada zat anti-mikroba yang
melekat di logam tersebut.
“Dari studi yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas tembaga
terhadap jenis E. coli baru ini telah
selesai, ” kata Bill Keevil, Head of the
Microbiology Group, University of
Southampton, seperti dikutip dari
UPI, 6 Juni 2011.
Meski tidak fokus untuk mencari
pembunuh bakteri 0104 itu, Keevil
menyebutkan, namun populasi
seluruh turunan bakteri yang
mereka amati berkurang dengan
pesat akibat tembaga.
Pada uji coba, Keevil dan timnya
mendapati bahwa 10 juta bakteri E.
coli bisa musnah dalam waktu 10
menit di permukaan tembaga yang
kering. Bahkan pada permukaan
tembaga yang basah, pemusnahan
total bisa tuntas dalam waktu
sekitar 45 menit.
Menurut peneliti, properti anti-
mikroba milik tembaga tetap aktif
meski material itu telah dipadukan
dengan material lain seperti
kuningan dan perunggu.
Jika digunakan sebagai wadah
persiapan untuk penyajian
makanan, tembaga bisa secara
terus menerus mematikan setiap
patogen yang ada di makanan
tersebut. “Ini akan mengurangi
risiko kontaminasi dan membantu
mencegah penyebaran infeksi, ”
sebut Keevil.

transisi ke IPv6

Transisi ke IPv6
Hadirkan Ancaman
Dunia Maya
» Alamat IPv4 yang akan segera
habis digunakan
Muhammad Firman | Kamis, 9 Juni
2011, 13:32 WIB
VIVAnews - 8 Juni 2011
merupakan hari bersejarah bagi
dunia Internet. Di hari itu, sejumlah
perusahaan layanan internet utama
dunia mulai mengganti standar
pengalamatan internet lama (IPv4)
ke generasi terbaru yakni IPv6.
Dikutip dari World IPv6 Day, 9 Juni
2011, perusahaan seperti Google,
Facebook, Yahoo, YouTube, Meebo,
Plurk, Bing, merupakan beberapa
raksasa dunia maya yang siap
menyediakan layanan mereka lewat
IPv6. Secara total, ada 434 lembaga
yang melakukan uji coba selama 24
jam.
Menurut Darric Hor, General
Manager PT Symantec Indonesia
pada keterangan tertulisnya, salah
satu tujuan uji coba peralihan itu
adalah untuk memotivasi organisasi
lain di seluruh industri.
Seperti diketahui, penyedia layanan
internet (ISP), pembuat hardware,
pembuat sistem operasi dan
perusahan web perlu
mempersiapkan layanan IPv6
mereka. Ini untuk memastikan
transisi berjalan sukses setelah
alamat IPv4 yang telah digunakan
sejak 1983 habis digunakan, sekitar
tahun 2012.
Sebagai gambaran, menggunakan
metode pengalamatan IP lama
(IPv4), hanya bisa ada
4.294.967.296 alamat IP saja yang
bisa dipakai di seluruh dunia.
Sementara IPv6 (yang diterapkan
mulai 1999) menawarkan IP untuk
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456
alamat.
“Yang jadi masalah, transisi dari
IPv4 ke IPv6 menjadi peluang
besar bagi para pembuat malware
dan penjahat dunia maya lain
dalam melakukan serangan, ” kata
Darric. “Selain itu, adopsi IPv6 juga
berpotensi menimbulkan masalah
lain, ” ucapnya.
Software dan hardware firewall,
kata Darric, dapat ditembus jika
mereka tidak mampu mendeteksi
dan menginspeksi trafik yang
datang dari IPv6. “Saat beralih ke
protokol IPv6, kita menghadapi
kondisi di mana kita perlu
mempelajari ancaman baru, yang
saat ini belum terlihat nyata, ”
ucapnya.
Untuk itu, Darric menyarankan
pada setiap pelaku dan pengguna di
industri Internet untuk selalu
melakukan update terhadap aplikasi
pengamanan mereka termasuk
firewall untuk memastikan
ancaman yang akan hadir dapat
diminmalisir. (eh)

prancis larang fa

Perancis Larang
Kata Facebook dan
Twitter
» Jika sebuah stasiun televisi
bermaksud untuk mengundang
pemirsanya mengikuti akun mereka
di Facebook, mereka hanya boleh
menyebutkannya secara tidak
langsung.
Muhammad Firman | Kamis, 9 Juni
2011, 07:56 WIB
VIVAnews - Jika Anda sudah
muak mendengar para pakar IT
ataupun media massa yang terus
menerus membicarakan Facebook
dan Twitter, ada baiknya Anda
mulai mengambil kursus bahasa
Perancis. Setelah mahir, Anda bisa
pindah ke negeri itu. Mengapa
begitu?
Conseil SupĂ©rieur de l’Audiovisuel
(CSL), lembaga yang membuat
regulasi terhadap berbagai media
elektronik di Perancis telah
melarang televisi dan radio
menggunakan kata Facebook dan
Twitter.
Kedua kata itu masih boleh
digunakan saat di dalam badan
berita, namun jika sebuah stasiun
televisi bermaksud untuk
mengundang pemirsanya
mengikuti akun mereka di
Facebook, mereka hanya boleh
menyebutkannya secara tidak
langsung. Misalnya “Silakan ikuti
situs jejaring sosial kami.”
Aturan ini sendiri mengacu pada
undang-undang yang dibuat tahun
1992 lalu tentang penyebutan nama
produk sebagai bagian dari iklan.
“Mengapa memberi fasilitas pada
Facebook, yang kini nilainya sudah
mencapai miliaran dolar AS,
padahal di saat yang sama banyak
situs jejaring sosial lain yang tengah
berjuang agar dapat dikenal oleh
masyarakat, ” kata Christine Kelly,
juru bicara CSL seperti dikutip dari
Good Media, 9 Juni 2011.
Kelly menyebutkan, tindakan seperti
penyebutan kata Facebook atau
Twitter itu akan menghadirkan
distorsi dalam persaingan.
Namun demikian, langkah
pemerintah Perancis itu dinilai
absurd oleh sejumlah kalangan.
Alasannya, di industri memang
jelas sudah muncul pemenangnya
dan mau tidak mau kita harus
menerima kenyataan itu, bukan
malah menghindarinya.
Selain itu, saat ini orang tidaklah
awam terhadap keberadaan
Facebook dan Twitter.
Kemungkinan, jika ada seseorang
yang terhubung ke Internet dan
ingin menjadi penggemar salah
satu stasiun televisi Perancis dan
mengikuti akun Facebook atau
Twitter-nya, mereka mungkin
sudah berinisiatif untuk melakukan
pencarian lewat raksasa Internet
lainnya, Google.

Rabu, 08 Juni 2011

ledakan di pabrik IPad

TEKNOLOGI
Ledakan di Pabrik
iPad Tewaskan 3
Orang
» Salah satu pabrik Foxconn
Indra Darmawan | Senin, 23 Mei
2011, 13:22 WIB
VIVAnews - Ledakan terjadi di
salah satu pabrik milik Foxconn
Technology, perusahaan asal
Taiwan yang memproduksi
berbagai piranti elektronik untuk
Apple, sehingga menewaskan tiga
orang dan 15 luka-luka.
Ledakan terjadi di pabrik mereka
yang terletak di Chengdu, ibukota
provinsi Sichuan, yang terletak di
sebelah barat daya China, Jumat 20
Mei 2011, pukul 7 malam, waktu
setempat.
Pada laporan perkiraan awal
mereka, polisi lokal memperkirakan
kecelakaan yang timbul diawali oleh
ledakan material debu yang mudah
terbakar, di dalam sebuah pipa.
Seperti dikutip dari situs PCWorld,
sebelumnya, kelompok The
Students and Scholars Against
Corporate Misbehaviour (SACOM)
telah mengeluarkan laporan tentang
adanya pekerja-pekerja di pabrik
Foxconn Chengdu yang dipaksa
bekerja melebihi jam kerja yang
ditentukan, sehingga mengalami
masalah kesehatan.
Mereka, antara lain harus rela
bekerja di wilayah yang dipenuhi
oleh material debu yang sangat
banyak. Para pekerja di departemen
pemolesan melaporkan bahwa
departemen mereka dipenuhi oleh
debu aluminium.
Walaupun menggunakan kaus
tangan, namun debu tetap tembus
dan menyelubungi tangan, wajah,
dan baju mereka, kata laporan
SACOM.
"Saya bernafas di debu pabrik
Foxcon seperti sebuah vacuum
cleaner. Lubang hidungku sangat
hitam setiap hari," ujar salah
seorang karyawan
Foxconn adalah salah satu OEM
(original electronic manufacturer)
terbesar di dunia. Tak cuma
memproduksi iPod, iPhone, dan
iPad untuk Apple, Foxconn juga
membuatkan komputer bagi Dell.
Sebelum ini, Foxconn juga sempat
beberapa kali menjadi sorotan
publik karena penanganan mereka
yang keras terhadap para pekerja,
sehingga antara lain berujung pada
kasus bunuh diri karyawan. (eh)

Apple siapkan iphone tenaga surya

Apple Siapkan
iPhone Bertenaga
Surya
» Apple iPhone 3GS
Muhammad Chandrataruna |
Kamis, 13 Januari 2011, 19:36 WIB
VIVAnews - Apple mematenkan
sistem untuk teknologi berbasis
tenaga surya yang bisa
diimplementasikan pada perangkat
portabel dan telepon genggamnya.
Ke depan, sejumlah produk baru
Apple tidak lagi ditenagai dengan
energi kimia atau baterai, melainkan
energi alternatif dari cahaya
matahari.
Meski iPhone bertenaga surya akan
memakan waktu lama untuk
meluncur secara komersial,
mungkin masih beberapa tahun
lagi. Setidaknya kini sudah ada ide
atau fakta menarik yang
mengatakan bahwa Apple sudah
mematenkan teknologi tersebut.
Inisiatif Steve Jobs cs ini sekaligus
menunjukkan bahwa Apple
perlahan-pelan berhasil membuat
terobosan dengan memanfaatkan
energi alternatif sebagai sumber
daya pada ponsel dan tablet PC di
masa depan.
Di samping itu, paten baru Apple ini
juga diharapkan dapat melepas
ketergantungan para konsumen
dari pengisian daya melalui kabel
listrik beberapa tahun ke depan.
Karena paten tersebut dapat
diaplikasikan pada berbagai
perangkat, meliputi ponsel, laptop,
hingga komputer tablet secara luas.
VIVAnews kutip dari Tech Radar,
Kamis 13 Januari 2011, aspek kunci
dari paten baru Apple ini terletak
pada sirkuit kontrol power yang
duduk di antara sel surya dan
baterai perangkat. Ia akan
memantau sekaligus mengontrol
tingkat power yang dibangkitkan
dari sel surya, di mana energi yang
diperoleh tentu saja akan berubah-
ubah tergantung pada cuaca atau
iklim.
Topik ini memang masih terlalu dini
untuk didiskusikan. Lagi pula,
perusahaan berlogo buah apel itu
masih enggan mengeluarkan
keterangan resmi seputar paten
barunya ini. Tetapi, jika paten ini
berhasil dikembangkan menjadi
sebuah energi alternatif komersial
untuk produk iPhone atau iPad
anda di masa depan, maka ini akan
menjadi tonggak sejarah baru di
dunia pengisian daya yang ramah
lingkungan.

dunia tanpa kabel ala Apple

Dunia Tanpa Kabel
a la Apple
» Apple iPod Touch
Muhammad Chandrataruna | Rabu,
13 April 2011, 12:14 WIB
VIVAnews - Sempat
membayangkan dunia komputer
tanpa kabel? Berbicara soal kabel
micro USB yang umumnya dipakai
untuk menghubungkan perangkat
ke komputer atau sebaliknya,
kemungkinan sebentar lagi menjadi
kuno dan mulai ditinggalkan.
Setidaknya, Apple sudah
memulainya. Perusahaan berlogo
buah apel tergigit itu dilaporkan
sedang bekerja keras untuk
sinkronisasi iPod dan iTunes tanpa
menggunakan kabel alias wireless.
Ini menjadi terobosan Apple untuk
membuat kawat dan kabel menjadi
bagian dari masa lalu.
Steve Jobs nampaknya memiliki
obsesi besar untuk membuat
generasi baru untuk iPod yang bisa
sinkronisasi dengan iTunes secara
nirkabel. Tentu, dengan begitu,
kabel USB akan menjadi usang
untuk produk-produk iPod.
Demikian dikutip cultofmac.com,
Rabu 13 April 2011.
Alih-alih mengimpor musik, film,
dan aplikasi melalui konektor 30-pin
Apple, nanti iPod akan secara
otomatis sinkronisasi acapkali
pengguna menghubungkannya ke
jaringan Wi-Fi.
Namun, jalan Apple tidak semulus
itu. Terobosan teknologi ini akan
menemui sejumlah kendala berarti.
Dua kendala yang terbesar meliputi
kekuatan sinyal saat sinkronisasi
dan konsumsi baterai yang luar
biasa.
Untuk mengatasi masalah itu, Apple
kabarnya menguji iPod dengan
material serat karbon, bukan
aluminium yang biasanya dipakai
Apple pada iPod-iPod sebelumnya.
Dengan demikian, diharapkan sinyal
dapat lebih stabil.
Apple juga menggandeng Kevin
Kenney, seorang insinyur senior
yang ahli di bidang serat karbon.
Dulu, Kenney sempat menjadi
bagian dari Apple dan membuat
sejumlah paten untuk perusahaan
yang dikendarai Steve Jobs itu.
Belum ada keterangan lebih lanjut
dari Apple terkait kapan iPod
terbaru itu akan dirilis. Terkait
material yang digunakan pun Apple
sampai sejauh ini masih terus
melakukan riset.